Penelitian
terbaru telah melunasi puluhan tahun debat ilmiah tentang aspek cuaca
ruang angkasa yang membingungkan. Para peneliti dari Universitas
California (UCLA) dan British Antarctic Survey (BAS) telah menemukan
link terakhir
di antara elektron-elektron yang terperangkap di dalam ruang angkasa
dan kemilau cahaya pada bagian atas atmosfer, yang dikenal sebagai
aurora difus
[1] (aurora menyebar).
Penelitian
yang diterbitkan dalam edisi terbaru jurnal Nature ini, menjanjikan
pemahaman terhadap cuaca ruang angkasa, beserta keuntungan-keuntungannya
bagi satelit, jaringan listrik dan industri penerbangan, serta
bagaimana
badai ruang angkasa mempengaruhi atmosfer bumi, dari bagian atas hingga ke bawah.
Para
ilmuwan telah lama memahami bahwa ‘aurora difus’ disebabkan oleh
elektron yang melabrak bagian atas atmosfer. Namun, elektron biasanya
jauh lebih tinggi terjebak di medan magnet bumi melalui rantai panjang
peristiwa yang dimulai dari matahari. Masalahnya adalah memahami
bagaimana elektron-elektron tersebut mencapai atmosfer.
Pencitraan satelit dari 'aurora difus' terlihat di atas Antartika di belahan bumi selatan. (Kredit: NASA)
Sejak
1970-an, para ilmuwan telah memperdebatkan apakah frekuensi sangat
rendah (very low frequency -VLF) gelombang radio dapat menyebarkan
elektron yang terjebak ke dalam atmosfir. Dua jenis gelombang VLF
diidentifikasi dalam ruang angkasa sebagai penyebab yang mungkin akan
timbulnya ‘aurora difus’, tetapi
argumen
dan penelitian selama bertahun-tahun tidak ada hasil yang konklusif.
Penelitian terbaru, tanpa diragukan lagi, menunjukkan bahwa gelombang
VLF yang dikenal sebagai ‘paduan suara’
[2]
adalah sebagai penyebabnya; disebut ‘paduan suara’ karena
sinyal-sinyalnya yang terdeteksi oleh alat perekam suara berbasis darat,
terdengar seperti paduan suara burung fajar ketika diputar ulang
melalui pengeras suara.
Melalui
analisis rinci data satelit, para penulis makalah mampu menghitung efek
pada elektron yang terperangkap dan mengidentifikasi gelombang radio
yang menyebabkan penyebaran tersebut.
Penulis
utama, Profesor Richard Thorne dari UCLA, mengatakan: “Terobosan muncul
ketika kami menyadari bahwa elektron yang tersesat dari ruang angkasa
ke atmosfer bumi meninggalkan tanda alam, secara efektif bisa
menceritakan tentang bagaimana mereka tersebar. Kami kemudian dapat
menganalisis data satelit kami pada dua jenis gelombang VLF dan dengan
menjalankan perhitungan pada mereka – termasuk tingkat di mana elektron
tersesat ke dalam atmosfir bumi – kami dengan jelas bisa melihat bahwa
gelombang paduan suara adalah penyebab penyebaran tersebut.”
'Aurora
australis' (dikenal sebagai cahaya selatan) terlihat di Antartika.
'Aurora australis' tampak seperti tirai cahaya warna-warni yang berkibar
dan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Profesor
Richard Horne dari British Antarctic Survey, mengatakan: “Temuan kami
merupakan salah satu yang penting karena akan membantu ilmuwan untuk
memahami bagaimana aurora difusi menyebabkan perubahan
kimia pada bagian atas atmosfer, termasuk efek pada ozon di ketinggian, yang dapat mempengaruhi suhu melalui atmosfer.
“Kami
juga melibatkan gelombang VLF ke dalam model komputer untuk membantu
memprediksi ‘cuaca ruang angkasa’ yang tidak hanya mempengaruhi satelit
dan jaringan listrik, tetapi juga akurasi navigasi GPS dan komunikasi
frekuensi tinggi radio dengan pesawat pada rute kutub.”
‘Aurora difus’, tidak sama halnya dengan ‘aurora diskrit’
[3]
yang dikenal sebagai cahaya kutub utara dan selatan. ‘Aurora diskrit’
terlihat seperti tirai cahaya warna-warni yang berkibar dan dapat
dilihat dengan mata telanjang, sedangkan aurora difus sangat redup
tetapi lebih luas. ‘Aurora difus’, yang biasanya menyumbang
tiga-perempat masukan energi ke bagian atas atmosfer di malam hari,
bervariasi berdasarkan musim dan siklus matahari 11 tahunan.
Catatan:
1.
Aurora difus: disebabkan ketika elektron terperangkap dalam medan
magnet bumi yang disalurkan ke arah atmosfer kutub. Cahaya dipancarkan
ketika elektron bertabrakan dengan atom netral pada bagian atas
atmosfer. Aurora difus umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang
tetapi tertangkap dalam gambar satelit.
2.
Gelombang paduan suara: Gelombang radio frekuensi sangat rendah yang
berasal dari ruang angkasa dan pertama kali terdeteksi di daratan.
Disebut demikian karena ketika diputar ulang melalui pengeras suara,
mereka terdengar seperti paduan suara burung fajar.
3.
Aurora diskrit: dikenal sebagai Aurora Borealis di Kutub Utara (di atas
lingkaran Arktik) dan Aurora Australis di Kutub Selatan (di atas
Antartika). Mereka tampak seperti berapi-api, tirai cahaya bergerak
warna-warni yang melambai-lambai dan dapat dilihat dengan mata
telanjang, sedangkan aurora difus lebih redup tapi lebih luas dan dapat
menyelimuti seluruh langit.