Sementara
kasus dimana dimensi ruang tidak sama dengan tiga telah sering dibahas
di literatur, kasus dimana dimensi waktu tidak sama dengan satu. Hal ini
sebagian karena korespondensi antara sudut pandang luar dan dalam lebih
sulit dibuat dalam kasus waktu. Ketika mencoba membayangkan ruang
berdimensi 4, kita dapat membuat analogi dengan pembayangan ruang
berdimensi 3 pada dunia berdimensi 2, seperti yang dilakukan Edwin Abbot
dalam novelnya “Flatland”. Namun seperti apa realitas jika ada mahluk
sadar yang hidup di dunia dengan dimensi waktu 2?
Satu
hal yang harus dicatat adalah bahkan untuk ruang lebih dari satu
dimensi waktu, tidak ada alas an yang jelas mengapa suatu mahluk cerdas
tidak dapat mempersepsi waktu sebagai berdimensi satu, sehingga
mempertahankan pola memiliki “pikiran” dan “persepsi” dalam sukses satu
dimensi yang mencirikan persepsi realitas kita. Jika suatu mahluk adalah
benda terlokalisasi, ia akan berjalan pada sebuah garis waktu
berdimensi waktu satu lewat manifold ruang waktu berdimensi n+m.
Relativitas umum standar mengenai waktu pantas didefinisikan dengan
jelas, dan kita menduga inilah waktu yang akan diukur jika ia memiliki
sebuah jam dan ia akan dialami secara subjektif.
Perbedaan-perbedaan ketika Waktu tidak satu dimensi
Tidak
perlu lagi dikatakan, banyak aspek dunia akan berbeda. Sebagai contoh,
penurunan ulang mekanika relativitstik untuk kasus yang lebih umum ini
menunjukkan kalau energy sekarang menjadi vector berdimensi-m bukannya
sebuah konstan, yang arahnya menentukan dimana arah waktu garis dunia
akan berlanjut, dan dalam batas non relativistic, arah ini adalah
konstanta gerakan. Dengan kata lain, jika dua pengamat non relativistic
bergerak dalam arah waktu berbeda bertemu di suatu titik dalam ruang
waktu, mereka akan kembali mengapung terpisah dalam arah waktu terpisah
pula, tidak mampu tetap bertemu.
Perbedaan
lain yang menarik, yang dapat ditunjukkan dengan sebuah argument
geometri yang elegan, adalah partikel menjadi kurang stabil ketika
dimensi waktu lebih dari satu. Untuk sebuah partikel agar mampu meluruh
ketika dimensi waktu satu, tidak cukup kalau ada seperangkat partikel
dengan
bilangan
kuantum yang sama. Juga perlu kalau jumlah massa diamnya harus kurang
dari massa diam partikel asli, tidak peduli seberapa besar energi
kinetiknya. Ketika dimensi waktu lebih dari satu, kendala ini lenyap.
Sebagai contoh,
- Sebuah proton dapat meluruh menjadi satu neutron, satu positron, dan satu neutrino,
- Sebuah elektron dapat meluruh menjadi satu neutron, satu antiproton, dan satu neutrino,
- Sebuah foton dengan energi yang cukup dapat meluruh menjadi partikel apapun bersama antipartikelnya
Selain
dua perbedaan ini, akan ada kebalikan dari “sebab akibat” ketika
dimensi waktu lebih dari satu. Memang hal ini tidak mencegah eksistensi
dari suatu mahluk. Lagi pula, kita harus menghindari asumsi kalau desain
tubuh kita hanya satu-satunya yang memungkinkan
kesadaran.
Elektron, proton, dan foton akan masih tetap stabil bila energi kinetik
mereka cukup rendah, jadi mungkin pengamat dapat masih hadir di daerah
yang cukup dingin di dunia dengan dimensi waktu lebih dari satu.
Walau
begitu, jauh dari trivial untuk memformulasikan sebuah teori medan
kuantum dengan keadaan vakum stabil ketika dimensi waktu lebih dari
satu. Diskusi detail mengenai masalah ketidakstabilan dengan dimensi
lebih dari satu diberikan oleh Linde, juga dalam konteks antropik, dan
isu ini dekat kaitannya dengan sifat ultrahiperbolik.
Ada
tambahan masalah untuk mahluk ketika dimensi waktu lebih dari satu,
yang belum pernah ditekankan walaupun hasil matematikanya diketahui. Ia
berangkat dari perlunya prediktabilitas. Jika suatu mahluk mampu membuat
kemampuan mengolah informasi dan kesadaran diri, hukum fisika harus
sedemikian hingga ia dapat membuat prediksi. Dalam kerangka sebuah teori
medan, ia harus mengukur berbagai nilai medan sekitarnya pada suatu
titik ruang waktu yang jauh (yang berada di garis waktu masa depannya)
dengan kesalahan tidak tak terhingga. Hal ini hanya dipenuhi oleh
beberapa kelas persamaan
diferensial parsial, khususnya yang hiperbolik.
Skema klasifikasi Persamaan Diferensial Parsial (PDP)
Semua
bahan matematik berikut terkenal dengan baik. Dengan diberikan sebuah
persamaan diferensial parsial linier orde kedua dalam Rd,
Dimana
matriks A (yang dapat dipandang simetrik), vector b, dan scalar c
memberikan fungsi terdiferensial dari koordinat d, umumnya ia dapat
diklasifikasikan tergantung pada tanda nilai eigen A. PDP dikatakan
- Eliptik dalam beberapa wilayah Rd jika mereka semua positif atau semua negative,
- Hiperbolik jika satu positif dan lainnya negatif (atau sebaliknya), dan
- Ultrahiperbolik dalam kasus lainnya, yaitu dimana setidaknya dua nilai eigen positif dan setidaknya dua nilai negatif
Apa
hubungannya dengan dimensialitas ruang waktu? Untuk berbagai persamaan
medan kovarian alam yang menyatakan dunia kita (persamaan gelombang,
persamaan Klein-Gordon, dsb), matriks A jelas memiliki nilai eigen
seperti tensor metric. Sebagai contoh, ia akan hiperbolik dalam sebuah
metrik dengan signatur (+—), sesuai dengan (n,m) = (3,1), eliptik dalam
metrik dengan signatur (+++++), sesuai dengan (n,m)=(5,0), dan
ultrahiperbolik dalam metric dengan signatur (++–).
Masalah yang Baik dan Buruk
Salah
satu masalah klasifikasi standar PDP adalah ia menentukan struktur
sebab akibat, yaitu bagaimana syarat batas harus dinyatakan untuk
membuat masalah yang baik. Singkatnya, masalah dikatakan baik
jika syarat batas menentukan solusi yang unik u dan jika ketergantungan
solusi ini pada data batas (yang selalu linier) terbatas. Syarat
terakhir berarti kalau solusi u pada suatu titik hanya akan berubah
dengan jumlah yang terbatas bila data batas berubah dengan jumlah
terbatas pula. Karenanya, bahkan bila sebuah masalah yang buruk dapat
diselesaikan secara formal, solusi ini pada prakteknya tidak bermanfaat
bagi mahluk, karena ia harus mengukur data awal dengan akurasi tak
terhingga agar mampu memberikan tingkat kesalahan terhingga pada solusi
(kesalahan pengukuran apapun akan menyebabkan kesalahan solusi menjadi
tak terhingga).
Kasus Eliptik
Persamaan
eliptik memungkinkan masalah bernilai batas. Sebagai contoh, persamaan
Laplace berdimensi d dengan u terspesifikasi pada hiperpermukaan
berdimensi d-1 menentukan solusi dimanapun dalam permukaan tersebut. Di
sisi lain, memberikan data awal untuk PDP eliptik pada permukaan tak
tertutup, katakanlah sebuah bidang, adalah sebuah masalah yang buruk.
Ini berarti suatu mahluk di dunia tanpa dimensi waktu (m=0) tidak akan
mampu membuat kesimpulan sama sekali mengenai situasi di bagian lain
ruangnya berdasarkan apa yang ia amati secara lokal. Dunia demikian akan
gagal pada persyaratan prediktabilitas yang disebutkan di atas (lihat
gambar 1).
Kasus hiperbolik
Persamaan
hiperbolik, di sisi lain, memungkinkan masalah nilai awal yang baik.
Untuk persamaan Klein-Gordon pada dimensi n+1, menentukan data awal (u
dan u’) pada sebuah daerah hiperpermukaan mirip ruang menentukan u pada
semua titik dimana daerah ini memotong lewat kerucut cahaya terbalik,
sepanjang m2 lebih besar atau sama dengan nol. Sebagai
contoh, data awal pada cakram berarsir pada gambar 2 menentukan solusi
dalam volume yang dibatasi oleh dua kerucut, termasuk ujung (yang
hilang). Suatu mahluk lokal dapat membuat prediksi mengenai masa
depannya. Bila masalah yang dipertimbangkan adalah suhu rendah yang non
relativistic, maka medan akan mengandung mode-mode Fourier dengan
bilangan gelombang |k| jauh lebih kecil dari m, yang berarti kalau untuk
semua tujuan praktis, solusi pada suatu titik ditentukan oleh data awal
dalam “kerucut sebab akibat” dengan sudut bukaan jauh lebih sempit dari
45 derajat. Sebagai contoh, ketika kita menemukan diri kita dalam
sebuah lembah cekung dimana tidak ada kecepatan makro lebih dari 10
m/detik, kita dapat memakai informasi dari hiperpermukaan spasial dengan
radius 10 meter (volume bola) untuk meramalkan satu detik di masa
depan.
Gambar 2: Struktur kausalitas untuk persamaan hiperbolik dan ultrahiperbolik
Kasus hiperbolik dengan permukaan hiper yang buruk
Jika
data awal untuk PDP hiperbolik dikhususkan pada sebuah permukaan hiper
yang tidak mirip ruang, masalah menjadi buruk. Gambar 2 memberikan
pemahaman intuitif mengenai apa yang salah. Sebuah korolari dari teorema
oleh Asgeirsson menyatakan kalau jika kita menyatakan u dalam silinder
seperti dalam gambar 2, maka ini menentukan u sepanjang daerah yang
tersusun dari kerucut ganda terpancung. Dengan radius silinder ini
mendekati nol, kita mendapatkan kesimpulan kalau menyediakan data dalam
tujuan praktis daerah satu dimensi menentukan solusi dalam daerah tiga
dimensi. Ini adalah gejala sebuah masalah yang buruk. Akibatnya adalah
kita harus menentukan data input dengan akurasi tak terhingga, yang
tentu saja mustahil dalam kesalahan pengukuran dunia nyata. Lebih
lanjut, tidak peduli berapa sempitpun kita membuat silindernya,
masalahnya selalu ada, karena data di paruh luar silinder ditentukan
oleh paruh dalam silinder. Karenanya mengukur data dalam daerah besar
tidak menghapus sifat buruk dari masalah, karena data tambahan tidak
memberikan informasi baru. Begitu juga, data batas generic memungkinkan
tidak adanya solusi sama sekali, karena ia tidak konsisten. Mudah untuk
melihat kalau hal yang sama berlaku ketika menentukan data “awal” pada
bagian permukaan hiper non mirip ruang, misalnya yang diberikan oleh
y=0. Sifat ini analog dengan dimensi n+1, dan menunjukkan mengapa mahluk
dalam ruang waktu berdimensi n+1 hanya dapat membuat prediksi pada
arah mirip waktu.
Kasus ultrahiperbolik
Teorema
Asgeirsson berlaku pada kasus ultrahiperbolik pula, menunjukkan kalau
data awal pada sebuah permukaan hiper mengandung arah mirip ruang dan
mirip waktu membawa pada masalah yang buruk. Walau begitu, karena sebuah
permukaan hiper berdasarkan definisi memiliki dimensionalitas yang
kurang satu dari pada manifold ruang waktu (data pada sebuah submanifold
dimensionalitas lebih rendah tidak pernah memberikan masalah yang
baik), tidak ada permukaan hiper mirip ruang atau mirip waktu dalam
kasus ultrahiperbolik, yaitu ketika jumlah dimensi ruang dan waktu
keduanya lebih dari satu. Dengan kata lain, dunia dalam daerah
ultrahiperbolik (gambar 1) tidak dapat mengandung mahluk bila kita
memaksa pada persyaratan prediktabilitas. Bersama dengan persyaratan
kompleksitas dan stabilitas, hal ini menghapus semua kombinasi (n,m)
dalam gambar 1 kecuali (3,1). Kita melihat apa yang membuat angka 1
begitu special adalah sebuah permukaan hiper dalam sebuah manifold
memiliki dimensionalitas yang tepat 1 kurangnya dari manifold itu
sendiri (dengan lebih dari satu dimensi waktu, sebuah permukaan hiper
tidak dapat murni mirip ruang).
Dimensionalitas ruang-waktu
Telah
dibahas mengenai PDP linier. Belum lagi kita membahas tentang system
penuh dari PDP di alam bersifat non linier. Hal ini tidak melemahkan
lesimpulan kita mengenai hanya m=1 yang memberikan masalah nilai awal
yang baik. Ketika PDP memberikan masalah buruk bahkan secara lokal,
dalam sebuah persekitaran kecil permukaan hiper (dimana kita dapat
secara generik mendekati PDP non linier dengan yang linier), jelas kalau
tidak ada suku non linier yang mampu membuatnya menjadi baik dalam
persekitaran yang lebih besar. Begitu juga, menambahkan suku nonlinier
membuat masalah baik justru menjadi buruk.
Dalam
teori segalanya yang diajukan Tegmark, ada struktur matematika dengan
eksistensi fisika yang memiliki hukum fisika yang tepat sama dengan kita
namun dimensionalitas ruang waktu berbeda. Tampaknya kalau semua
kecuali dimensi 3+1, tidak memiliki mahluk, atas alasan berikut:
- Lebih atau kurang dari 1 dimensi waktu: prediktabilitas yang tidak cukup
- Lebih dari 3 dimensi ruang: stabilitas tidak cukup
- Kurang dari 3 dimensi ruang: kompleksitas tidak cukup
Sekali
lagi, argument di atas tentunya bukan bukti yang pasti. Sebagai contoh,
dalam konteks model tertentu, kita dapat mempertimbangkan mempelajari
kemungkinan struktur stabil dalam kasus (n,m) = (4,1) berdasarkan
koreksi kuantum jarak dekat pada potensial 1/r2 atau pada
partikel mirip string. Kita semata berargumen kalau jauh dari jelas
kalau kombinasi selain (n,m) = (3,1) memungkinkan mahluk, karena
perubahan kualitatif yang radikal muncul ketika n atau m diubah.
Memasukkan partikel Tachyonik
Bila
ruang waktu berdimensi 1+3 bukannya 3+1, ruang dan waktu secara efektif
akan memiliki peran yang berkebalikan, kecuali kalau m2
dalam persamaan Klein-Gordon akan memiliki tanda terbalik. Dengan kata
lain, sebuah dunia berdimensi 1+3 akan seperti kita hanya semua
partikelnya akan bersifat tachyonik, seperti pada gambar 1.
Banyak
keberatan mengenai tachyon telah ditunjukkan tidak berdasar, namun juga
tampak premature untuk menyimpulkan bahwa sebuah dunia dengan tachyon
dapat memberikan mahluk dengan stabilitas dan prediktabilitas yang
dibutuhkan. Masalah nilai awal masih bagus namun ketidakstabilan baru
muncul. Sebuah foton dengan energi manasuka dapat meluruh menjadi
pasangan tachyon-antitachyon, dan peluruhan terlarang lain yang telah
kita bahas juga akan mungkin. Selain itu, fluktuasi dalam medan Tachyon
dengan panjang gelombang diatas 1/m akan tidak stabil dan tumbuh secara
eksponensial bukannya berosilasi. Pertumbuhan ini terjadi pada skala
waktu 1/m, sehingga jika Alam semesta kita mengandung sebuah medan
Tachyon dengan m lebih besar dari 1/(10^17) detik, ia akan mendominasi
kepadatan kosmik dan menyebabkan Alam semesta kembali runtuh dalam big
crunch sejak lama. Ini mengapa kotak (n,m) = (1,3) termasuk bagian yang
dikeluarkan dalam gambar 1.
Ditulis Oleh : Unknown
Terimakasih atas kunjungan Kamu Karena telah Mau membaca artikel
Dimensi Waktu selain Satu. Tapi Kurang Lengkap Rasanya Jika Kunjunganmu di Blog ini Tanpa Meninggalkan Komentar, untuk Itu Silahkan Berikan Kritik dan saran Pada Kotak Komentar di bawah. Kamu boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel
Dimensi Waktu selain Satu ini jika memang bermanfaat bagi kamu, tapi jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya. Pengunjung yang baik akan memberikan komentarnya di sini :p. Terima Kasih :)