Bruce Albert dari US National Academic of
Science, Sangkot Marzuki dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Jos
van der Meer dari Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen
dalam perayaan ulang tahun Akademi ke-25 di Jakarta Pusat, 25 Mei 2015.
Akademi Ilmu
Pengetahuan Indonesia merilis dokumen bertajuk "SAINS 2045", atau
kepanjangan dari Satu Abad INspirasi Sains 2045. Dokumen ini merupakan
agenda ilmu pengetahuan di Indonesia dalam menyongsong satu abad
kemerdekaan. "Perumusan ini bertujuan menelaah identitas ilmu
pengetahuan di Indonesia dalam menjawab tantangan ke depan," kata
Jamaluddin Jompa, Ketua Komite Studi SAINS 20145, dalam pernyataan pers
yang diterima Tempo, Rabu, 27 Mei 2015.
Jompa
mengatakan, pengembangan ilmu pengetahuan suatu negara haruslah didasari
atas cita-cita negara itu sendiri. Dalam konteks Indonesia, kata dia,
berarti mengacu kepada persatuan, kedaulatan, dan kemakmuran rakyat.
"Yang juga tak terlepas dari kompetisi ilmu pengetahuan global,"
ujarnya.
Rumusan ini diluncurkan dalam forum diskusi bertema
Young Scientists Promoting Scientific Culture of Excellence yang digelar
di @america, Pacific Place, Jakarta Selatan, kemarin. Peluncuran ini
bertepatan dengan perayaan ulang tahun Akademi ke-25.
Dia
beranggapan, hampir 70 tahun Indonesia merdeka, tapi belum banyak tujuan
ideal para pendiri bangsa yang sudah dicapai pemerintah. Salah satu
tujuan yang belum tercapai tersebut adalah bidang ilmu dan teknologi.
Musababnya, masalah sosial-ekonomi dan politik masih menjadi tolok ukur
keberhasilan suatu negara berkembang. "Jadi bidang ilmu pengetahuan
belum tergarap betul."
Padahal, menurut Jompa, hubungan timbal
balik antara ilmu pengetahuan dan pengembangan pembangunan harus terus
berjalan. Dengan adanya rumusan SAINS 2045 ini Jompa berharap ilmu
pengetahuan di Indonesia dapat berkembang seiring pembangunan yang terus
digalakan.
Rumusan SAINS 2045 tersebut memuat 45 pertanyaan
mendasar yang dikelompokkan ke dalam delapan gugus masalah. Yakni, (1)
identitas, keragaman, dan budaya; (2) kepulauan, kelautan, dan sumber
daya hayati; (3) kehidupan, kesehatan, dan nutrisi; (4) air, pangan, dan
energi; (5) bumi, iklim, dan alam semesta; (6) bencana alam dan
ketahanan masyarakat terhadap bencana; (7) material dan sains
komputasional; (8) ekonomi, masyarakat, dan tata kelola.
"Sudah lama sains mengalah dari isu lain, saatnyalah sains bangkit,"
kata Ketua Akademi, Sangkot Marzuki. Mengutip tulisan Pramoedya Ananta
Toer dalam novel
Bumi Manusia, Sangkot mengatakan, "Kodrat
manusia kini dan kemudian ditentukan oleh penguasaannya atas ilmu
pengetahuan. Semua, pribadi dan bangsa akan tumbang tanpa itu."
Selain meluncurkan SAINS 2045, Akademi juga membentuk Akademi Ilmuwan
Muda Indonesia (Young Scientists) sebagai pijakan untuk pengembangan
sains di Indonesia. Menurut Sangkot, peran para ilmuwan muda. Sebab,
kata dia, merekalah yang menjadi ujung tombak ke depan.
Akademi
juga menggandeng tiga lembaga ilmu pengetahuan independen
internasional, yakni US National Academy of Sciences, Australian Academy
of Sciences dan Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen,
dalam hal kerja sama pendanaan riset. "Biar mereka dapat berbagi
pengalaman dalam pengembangan ilmu dan teknologi," kata Sangkot.