Popular Post

Posted by : Unknown Selasa, 16 Juni 2015

 Sore yang cerah di musim dingin, Senin 15 Januari 1934. Sebagian besar warga Kathmandu ada di ladang atau sedang berada di teras yang ada di atap rumah mereka, menikmati pemandangan langit yang biru dan hembusan angin sejuk dari barat.
Tiba-tiba, hal aneh terjadi. Orang-orang mendongak dan terpana menyaksikan ratusan -- bahkan ribuan -- burung terbang serentak ke segala arah. Anjing-anjing menggonggong sejadinya, hewan-hewan gelisah. Sekitar pukul 14.28 waktu setempat, Bumi berguncang, tanah seakan bergerak, bergelombang seperti ombak di lautan.
Beberapa saat kemudian, yang tersisa adalah kehancuran. Rumah-rumah rata dengan tanah, kuil-kuil yang rubuh, retakan panjang membelah jalanan. Kepulan debu tebal membumbung ke angkasa. Hanya dalam hitungan menit, 17.000 orang tewas di Nepal dan Bihar utara, India. Kebanyakan korban adalah mereka yang berada di Lembah Kathmandu.
Gempa 8 skala Richter kala itu berpusat di sepanjang garis patahan Nepal-Bihar. Lindu susulan terus datang selama 2 minggu. Mereka yang selamat terpaksa tinggal dalam tenda di tengah suhu yang bikin tubuh menggigil.
Hem Prasad Timilsina kini berusia 102 tahun. Dan ia menjadi saksi hidup 2 gempa dahsyat yang mengguncang negerinya. Termasuk, yang terjadi 81 tahun lalu.
"Aku ada di ladang tebu saat gempa mengguncang saat itu," kata kakek sepuh itu seperti dikutip dari Times of India. "Saat mendengar kabar kehancuran di Kathmandu, kami berjalan kaki selama 2 hari menuju ke sana, dan ternganga menyaksikan kondisi kota itu.”
Dan gempa yang terjadi 1934, bukan yang terburuk yang pernah mengguncang Nepal. Para ilmuwan menemukan bukti bahwa tak hanya satu, tapi 2 gempa besar, yang pernah terjadi di kawasan Himalaya.
Dari foto udara lawas, peneliti menjumpai pergeseran penumpukan (material) sungai akibat pergerakan di sepanjang patahan seismik -- yang menandai batas antara lempeng tektonik India dan Asia.
Menggunakan penanggalan radiokarbon, para peneliti juga menemukan perubahan tersebut disebabkan oleh gempa bumi besar pada tahun 1255 dan 1934. Kedua lindu gempa pecah di permukaan Bumi.
Pada lindu 1255, sepertiga populasi lembah Katmandu meninggal dunia. "Raja Nepal, Abhaya Mallajuga tewas akibat gempa yang sama," kata Laurent Bollinger, seismotectonician dari Commissariat on Atomic Energy Prancis, seperti dikutip dari situs sains LiveScience.
Temuan itu juga menunjukkan bahwa gempa besar kerap ‘ kambuh’ di wilayah itu, setiap beberapa abad. Menjadi bencana yang berulang.

Ditulis Oleh : Unknown

Terimakasih atas kunjungan Kamu Karena telah Mau membaca artikel Setelah Nepal, Gempa Besar 'Membayangi' Padang?. Tapi Kurang Lengkap Rasanya Jika Kunjunganmu di Blog ini Tanpa Meninggalkan Komentar, untuk Itu Silahkan Berikan Kritik dan saran Pada Kotak Komentar di bawah. Kamu boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Setelah Nepal, Gempa Besar 'Membayangi' Padang? ini jika memang bermanfaat bagi kamu, tapi jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya. Pengunjung yang baik akan memberikan komentarnya di sini :p. Terima Kasih :)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Sharing All of The World - Date A Live - Powered by Blogger - Designed Editing by Sandra Utama Putra - and Supported by Dila Yolanda -