Koi plaa, masakan khas Thailand yang berisiko bahaya (Wikipedia)
Bangkok - Koi plaa adalah makanan khas Thailand yang
biasa dikonsumsi masyarakat di dataran tinggi Isaan, di timur laut
Negeri Gajah Laut. Jumlah penduduk di sana adalah sepertiga dari
populasi total, mayoritas adalah etnis Lao.
Wilayah itu kering,
miskin, dan jauh dari laut. Isaan terkenal dengan kulinernya yang
kreatif lagi pedas, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada.
Termasuk
koi plaa. Makanan itu dibuat dari ikan-ikan kecil yang ditangkap dari
sungai dan danau yang dicincang halus, ditambah bumbu, perasan jeruk
nipis, dan semut merah hidup. Lalu diaduk rata, menggunakan tangan, dan
disajikan mentah-mentah.
Hidangan tersebut sangat populer. Tapi, mengandung bahaya mematikan: kanker.
Selama
beberapa dekade, populasi di timur laut menarik perhatian gara-gara
tingkat penderita kanker hati yang tinggi -- yang sering dikaitkan
dengan liver flukes atau cacing hati (Fasciola hepatica), sejenis parasit, yang ditemukan pada ikan mentah.
Namun,
baru dekade terakhir upaya dilakukan untuk membuat orang mengubah
kebiasaan makan mereka, dengan memasak koi plaa -- agar parasit mati --
sebelum memakannya.
Dr. Banchob Sripa dari Tropical Disease
Research Laboratory di Khon Kaen University adalah tokoh di balik upaya
tersebut. "Kami telah menyelidiki kasus tersebut di laboratorium selama
30 tahun," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Senin (15/6/2015).
"Kami
menemukan bahwa cacing hati bisa membuat zat kimia yang merangsang
respons -- pembengkakan. Dan setelah beberapa tahun, pembengkakan
menjadi kronis, dan menjadi kanker."
Tim menemukan bahwa dalam
sejumlah komunitas, lebih dari 80 persen warganya terinfeksi parasit.
Bahkan ada pasien yang baru berusia 4 tahun. Namun, kanker jarang
berkembang sebelum seseorang mencapai usia 50 tahun.
Pihak universitas menerima sekitar 2.000 pasien setiap tahun dengan kasus kanker hati jenis khusus yang disebut cholangiocarcinoma. Hanya sekitar 200 pasien yang bisa diobati, biasanya melalui operasi -- dengan memotong tumor pada liver atau hati.
Yang lainnya diberikan perawatan paliatif, mengurangi ketidaknyamanan -- biasanya dengan engeringan saluran empedu.
Dr.
Banchob dan timnya menjalankan program pendidikan kesehatan berbasis
masyarakat di desa-desa di sepanjang lahan basah besar, yang dikenal
sebagai Lawa Lake, sebelah selatan Khon Kaen -- yang memiliki infeksi
cacing hati tertinggi.
Penyuluhan tentang koi plaa, masakan khas Thailand yang berisiko bahaya (BBC)
Mereka memulai dengan menggunakan metode paling efektif, dengan merekrut tokoh masyarakat untuk bicara langsung pada warga.
Mereka
juga menciptakan lagu yang mengandung informasi yang mudah dipahami,
mengenai daur hidup cacing hati: larva yang tertanam dalam daging ikan,
dikonsumsi dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam hati.
Telur kemudian diekskresikan, kembali ke perairan di mana mereka dimakan oleh siput, sebelum larva kembali ke tubuh ikan.
Menggunakan
mesin ultrasound portabel, para ahli berkeliling desa untuk memindai
warga, mendeteksi jika mereka menderita infeksi cacing hati.
Dari
sana ditemukan, banyak orang sepuh memiliki tingkat infeksi tinggi,
yang menunjukkan mereka masih mengonsumsi koi plaa mentah.
Larva cacing hati (BBC) "Kadang aku memasaknya, tapi kadang-kadang aku lupa," kata Jongluck Laonongkwa (61).
Kampanye
juga dilakukan untuk mencegah warga menggunakan toilet yang benar,
tidak buang air di danau, untuk mengurangi jumlah telur yang bakal
kembali ke ikan.
Di desa-desa di mana kampanye sudah berjalan, tingkat infeksi turun sekitar 10 persen.
Buruh
waktu hingga jumlah kanker hati turun secara signifikan, namun yang
terpenting adalah mengubah cara pandang orang-orang muda.
Kamphan
Sapsombat, 71, sedang dirawat di rumah sakit akibat tumor di hatinya.
Matanya menguning, tanda bahwa ada yang tak beres di saluran empedunya.
Putrinya,
Rattana mengatakan, sang ayah makan ikan mentah sepanjang hidupnya.
Tetapi anggota keluarga yang lain sudah menghentikan kebiasaan itu tahun
lalu.
Mereka paham, seenak apapun rasa koi plaa, risiko besar seperti yang dialami ayahnya, sama sekali tidak sepadan.
Terimakasih atas kunjungan Kamu Karena telah Mau membaca artikel Makanan Khas Thailand Ini Bisa 'Membunuh' Manusia. Tapi Kurang Lengkap Rasanya Jika Kunjunganmu di Blog ini Tanpa Meninggalkan Komentar, untuk Itu Silahkan Berikan Kritik dan saran Pada Kotak Komentar di bawah. Kamu boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Makanan Khas Thailand Ini Bisa 'Membunuh' Manusia ini jika memang bermanfaat bagi kamu, tapi jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya. Pengunjung yang baik akan memberikan komentarnya di sini :p. Terima Kasih :)